Dunia berduka atas kepergian Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik yang dikenal karena kesederhanaan, empati, dan keberanian membawa perubahan. Paus Fransiskus wafat pada Senin pagi, pukul 07.35 waktu setempat, di kediamannya di Vatikan. Ia mengembuskan napas terakhir dalam usia 88 tahun setelah mengalami komplikasi kesehatan yang cukup panjang.
Kabar duka ini disampaikan langsung oleh Kardinal Kevin Farrell, Camerlengo Vatikan. Dalam pernyataannya, ia menyebut bahwa Paus Fransiskus telah “kembali ke rumah Bapa,” meninggalkan warisan spiritual dan moral yang mendalam bagi umat Katolik dan dunia secara luas.
Dari Buenos Aires ke Puncak Kepemimpinan Gereja
Terlahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio pada 17 Desember 1936 di Buenos Aires, Argentina, ia berasal dari keluarga imigran Italia. Ayahnya, Mario, bekerja sebagai akuntan di perusahaan perkeretaapian, sementara ibunya, Regina Sivori, mendedikasikan hidupnya sebagai ibu rumah tangga.
Bergoglio menapaki jalan imamatnya ketika memutuskan bergabung dengan Serikat Yesus (Jesuit) pada tahun 1958. Ia ditahbiskan menjadi imam pada 13 Desember 1969. Pengabdiannya di dalam ordo Jesuit membawanya ke berbagai posisi penting, termasuk sebagai Provinsial Jesuit di Argentina pada 1973 dan Rektor Colegio de San Jose hingga 1986.
Karier gerejawi Bergoglio terus menanjak. Ia diangkat sebagai Uskup Auksilier Buenos Aires pada tahun 1992, lalu menjadi Uskup Agung Buenos Aires enam tahun kemudian. Pada tahun 2001, Paus Yohanes Paulus II memberikan kepercayaan besar dengan mengangkatnya sebagai Kardinal.
Terpilih sebagai Paus: Simbol Perubahan dalam Gereja
Momen bersejarah terjadi pada 13 Maret 2013, saat Bergoglio terpilih sebagai Paus ke-266 dalam sejarah Gereja Katolik. Ia menjadi Paus pertama dari Amerika Latin dan dari Ordo Jesuit, serta Paus non-Eropa pertama sejak abad ke-8. Ia memilih nama Fransiskus, sebagai penghormatan kepada Santo Fransiskus dari Assisi—simbol kerendahan hati dan kepedulian terhadap kaum miskin.
Sebagai Paus, ia memilih hidup yang lebih bersahaja. Alih-alih tinggal di apartemen resmi Paus, ia menetap di Domus Sanctae Marthae, rumah tamu Vatikan. Langkah ini mencerminkan semangat pelayanan yang tidak berjarak dan penuh kesederhanaan.
Sosok Pembaharu dengan Visi Global
Paus Fransiskus dikenang sebagai tokoh yang tak hanya fokus pada urusan internal Gereja, tetapi juga pada isu-isu global yang menyentuh kemanusiaan. Ia vokal dalam menyerukan keadilan sosial, perlindungan lingkungan, dan pembelaan terhadap kaum tertindas. Ia juga membuka ruang dialog dengan komunitas LGBTQ+, memperjuangkan peran lebih besar bagi perempuan dalam Gereja, serta aktif mendorong perdamaian dan kerja sama antaragama.
Di panggung internasional, Paus Fransiskus memainkan peran penting dalam diplomasi dunia. Ia terlibat dalam pemulihan hubungan antara Amerika Serikat dan Kuba, serta merintis kesepakatan penting dengan pemerintah Tiongkok terkait penunjukan uskup.
Akhir Hayat Seorang Gembala
Sejak awal tahun 2025, kondisi kesehatan Paus Fransiskus mulai memburuk. Ia dirawat karena pneumonia di Rumah Sakit Gemelli, Roma, dan menghabiskan 38 hari di sana sebelum dipulangkan ke kediamannya untuk melanjutkan pemulihan. Namun, takdir berkata lain. Kondisinya menurun dalam beberapa hari terakhir hingga akhirnya wafat dengan tenang pada pagi hari di Casa Santa Marta.
Kepergian Paus Fransiskus menandai berakhirnya sebuah era kepemimpinan yang progresif dan penuh kasih. Kini, mata dunia tertuju pada konklaf para Kardinal yang akan segera berkumpul untuk memilih penerusnya—sosok yang akan melanjutkan jejak reformasi dan semangat kemanusiaan yang telah ia wariskan.