Oleh: Mufkirul
Kupasan.com – Sejarah Panjang Aceh dan Singkil bukan sekadar Wilayah yang berada dalam Provinsi Aceh tetapi jauh dari itu Aceh dan Singkil adalah 2 suku yang berbeda tetapi saling melengkapi di ibaratkan Aceh itu adalah Tubuh dan Ruh nya adalah Singkil.
Sejarah mencatat kemashuran Aceh dimasa Sultan Alauddin Riayat Syah Sayyid Al-Mukammil putra Singkil Syech Hamzah Fansuri menjadi Qadhi Malikul Adil dan Pengaruhnya sampai kepada Sultan Iskandar Muda selanjutnya Putra Singkil Syech Abdurrauf Assingkily menjadi Mufti Agung dimasa Sri Sultanah Tajul-’Alam Safiatuddin Syah Johan Berdaulat Zillu’llahi fi’l-’Alam binti al-Marhum Sri Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam Syah. Dimasa Ratu Safiatuddin inilah di letakkan dasar Keacehan yang kita kenal sampai saat ini dengan semboyan
“Adat bak Po Teumeureuhom, bak Syiah Kuala, qanun bak Putroe Phang, reusam bak Laksamana.
Syech Abdurrauf As Singkil bukan hanya seorang Ulama Pendidik tetapi dia juga Ahli Tata Negara yang bisa mempersatukan Aceh dibawah Qanun Meukuta Alam yang terkenal.
Singkil memang daerah Kecil di ujung perbatasan Aceh tetapi mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan Aceh maupun Indonesia, Putra-Putra terbaik Singkil mengukir sejarah kegemilangan Aceh dan dari Putra-putra Singkil yaitu Syech Hamzah Fansuri dan Syech Abdurrauf As Singkily pula Bahasa Melayu di Nasionalisasi melalui terjemahan Al Quran berbahasa Melayu, Sastra Melayu dan karangan kitab-kitab berbahasa Melayu yang menjadi rujukan oleh Bangsa Bangsa Melayu di Nusantara.
Singkil sering kali banyak disalahpahami sebagai sub dari suku Batak, padahal Singkil itu adalah suku yang jauh berbeda dari Batak. Geograpi Singkil sebagai daerah muara sungai terpanjang di Aceh telah memainkan peran vital dalam perkembangan peradaban di wilayah tenggara Aceh dan wilayah Pak Pak Bharat di Sumatera Utara.
Sungai Singkil yang mempunyai 2 hulu yaitu Sungai Alas dan Sungai Simpang Kanan adalah jalur transportasi awal yang digunakan masyarakat dalam membangun peradaban di sepanjang aliran Sungai Singkil sampai ke Aceh Tenggara dan Pakpak Bharat.
Karena Singkil adalah daerah pelabuhan dari semenjak jauh sebelum kedatangan Islam menjadikan dia daerah perbauran antar suku yang ada disekitaran wilayah Singkil, banyak suku-suku yang berdiam disekitaran wilayah Singkil menjadikan Singkil daerah yang banyak dipengaruh suku-suku yang ada.
Dan hasil asimilasi dari berbagai suku yang ada di Singkil telah merubah Singkil menjadi daerah paling majemuk dan daerah paling banyak dihuni oleh suku-suku daerah lain. Diantara suku-suku yang berdiam di daerah Singkil seperti Suku Pak-Pak, Suku Karo, Suku Nias, Suku Mandailing, Suku Aneuk Jamee, Suku Aceh, Suku Alas, Suku Gayo, Suku Jawa Suku Melayu dan sebagainya.
Namun satu hal yang unik dari Singkil meskipun daerahnya dipenuhi berbagai Suku jika ditanya kepada mereka siapa meraka pasti mereka akan mengatakan mereka adalah orang Aceh walaupun mereka punya marga. Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat Singkil hanya punya Harga Mati terhadap Aceh tanpa bisa ditawar.
Menariknya dari polemik yang saat ini viral tentang pemindahan batas Administrasi 4 Pulau dari Wilayah Aceh Singkil ke Tapanuli Tengah kita bisa melihat bahwa bukan hanya masyarakat Aceh yang minta pulau itu di kembalikan tetapi Masyarakat dari Sumatera Utara pun ikut menyuarakan pengembalian Pulau itu.
Hal ini bukan tanpa alasan daerah Tapanuli Tengah wilayah tetangga Aceh Singkil sangat paham dengan nilai historis akan pulau pulau tersebut dan sejarah Singkil sebagaimana sejarah mencatat bahwa Pelabuhan Barus yang terkenal adalah berkat hasil dari kekayaan Alam Singkil yang mana getah-getah kapur yang dikirim dari Alam Singkil ke Barus telah membuat Barus terkenal dengan Kapur Barus nya.
Dan di PakPak Bharat dalam perlawanan Raja Sisingamangaraja XII terhadap Belanda adalah bantuan dari pejuang pejuang Singkil dan Aceh. Jadi wajar Masyarakat yang berada di wilayah Sumatra Utara juga ikut berteriak untuk Kemendagri mencabut Kepmen yang terlanjur diteken.
Jika saja keputusan kemendagri itu tidak mengembalikan Pulau Pulau itu kedalam wilayah Aceh maka dipastikan seluruh wilayah Aceh akan bergolak yang berujung pada Disintegrasi. Karena Pulau itu bukan saja Harga Diri tetapi juga Pulau Pulau itu adalah Kedaulatan Bangsa Aceh yang tak bisa ditawar.
Penulis Merupakan Pemerhati Aceh Singkil.