Kupasan.com – Anggota DPRK Aceh Barat Daya dari Partai Darul Aceh (PDA), Rijal Husaini, membantah keras tudingan bahwa dirinya terlibat dalam proyek pengerukan kolam labuh dan muara di Pelabuhan Perikanan Lhok Pawoh, Kecamatan Manggeng.
Proyek senilai Rp469 juta dari DOKA/APBK 2025 itu kini menjadi medan tarik ulur antara klaim politik dan fakta lapangan.
“Bukan (aspirasinya dan proyeknya),” tegas Rijal saat dikonfirmasi wartawan, merespons tudingan yang dilontarkan oleh Yayasan Supremasi Keadilan Aceh (SaKA).
Namun bantahan itu tidak serta-merta meredakan kecurigaan. Ketua SaKA, Miswar, justru balik bertanya.
“Kalau bukan anggota dewan, maka siapa yang mengusulkan dan mengendalikan proyek ini?” tanya Miswar.
Ia menyoroti minimnya transparansi, lemahnya pengawasan, dan tidak adanya komunikasi resmi antara pelaksana proyek dengan pemerintah desa maupun masyarakat nelayan.
Mereka menyebut Rijal Husaini cukup sering terlihat di lokasi proyek. Bahkan, penjaga proyek di lapangan disebut-sebut bernama Rijal juga, yang dikenal sebagai pengurus PDA.
“Kalau bukan dia, kenapa dia yang sering muncul di lapangan? Jangan ketika bermasalah menghindar, tapi saat tidak bermasalah mengklaim pokirnya,” ujar Miswar.
Sebelumnya Kepala Desa Lhok Pawoh, Amiruddin, turut memperkuat kritik. Ia mengaku tidak pernah menerima pemberitahuan resmi dari pihak rekanan.
Menurutnya, pasca pengerukan, kondisi kolam justru semakin dangkal. Boat kandas, kapal besar tak bisa masuk, bahkan Robin pun kesulitan saat air surut.
Amiruddin menilai bahwa pengerukan kolam labuh tidak akan efektif jika tidak dilakukan penyedotan sedimentasi dari hulu ke hilir dengan mesin besar.
“Kalau hanya dikeruk sebagian, maka lumpur dari hulu akan turun lagi saat hujan deras turun,” jelasnya.
Plt Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Abdya, Jufrizal, menyatakan bahwa proyek belum dibayar 100 persen dan serah terima tidak akan dilakukan jika kedalaman kolam belum sesuai kontrak.
SaKA mendesak audit menyeluruh terhadap proyek tersebut, termasuk penelusuran asal-usul aspirasi dan rekanan pelaksana.
“Kami terus memantau proyek ini dan kami tidak bicara asumsi, kami bicara dampak. Dan dampaknya jelas, setelah digali kolam makin dangkal, nelayan makin susah,” tutup Miswar.