Angka Stunting Melonjak di Abdya, Ini 4 Strategi Penurunan dari Dosen FKM UTU

Kupasan.com – Peningkatan angka stunting di Aceh Barat Daya (Abdya) menimbulkan kekhawatiran ditengah masyarakat. Di mana Dinkes Abdya mencatat peningkatan stunting per Januari-Juni mencapai 830 kasus, angka tersebut melonjak tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2024 hanya 825 kasus.

Dosen Prodi Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar (UTU) Yulizar Kasma menyampaikan, meningkatnya angka stunting di Abdya diduga karna intervensi lintas sektor belum terarah. Selain itu, pendampingan Ibu hamil dan bayi stunting belum berjalan dengan baik, serta prilaku BABS yang tinggi dan imunisasi yang rendah.

Menurut Yulizar Kasma, ada 4 strategi yang bisa dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Barat Daya dalam upaya menurunkan angka stunting di kabupaten setempat.

“Selama ini intervensi yang dilakukan Gampoeng atau Puskesmas terhadap ibu hamil dan Bayi dengan memberikan makanan bergizi atau susu tanpa diberikan edukasi dengan bahwa makanan itu  hanya  sebagai triger atau pemicu,” kata Yulizar Kasma, Jumat (5/9).

Akademisi yang penelitian Disertasinya tentang Prilaku BABS di Kabupaten Aceh Barat Daya ini menambahkan bahwa Ibu Hamil dan orang tua dari Baduta stunting yang menjadi target intervensi harus diberikan modul makanan yang bergizi dengan Gambar yang jelas.

“Modul atau Flayer sebagai media KIE diberikan saat intervensi kemudian  dijelaskan tentang jenis makanan apa saja yang perlu dikonsumsi, flayer bisa ditempel di dapur. Makanan dan susu dari Gampoeng atau Puskesmas hanya pemancing saja, yang bertanggung jawab penuh tetap keluarga,” tambah Yulizar yang pernah ditugaskan sebagai Konsultan Imunisasi UNICEF untuk Provinsi Jambi.

Kata Yulizar, 4 strategi yang harus dilakukan secara koletif oleh Pemerintah Abdya dalam hal ini dinas terkait seperti Dinkes, DPMG, Dinas Pendidikan dan Kemenag diantara menyusun media KIE atau modul pencegahan stunting dengan bahasa sederhana, bergambar lengkap dengan timelinenya.

Kemudian menyelesaikan masalah prilaku BABS dengan pecepatan peningkatan jamban sehat sederhana dengan metode sederhana.

“Jika dibutuhkan kami dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Teuku Umar siap Berkolaborasi untuk melatih komunikasi perubahan prilaku bagi Nakes, kader, pemberdayaan masyarakat dan Menyusun modul dengan bahasa yang mudah difahami,” ungkapnya.

Strategi ketiga adalah, lanjut Yulizar, pemanfaatan tradisi keumaweh, atau 7 bulanan menjadi lebih efektif dan efesien, dengan dibuat arahan agar keumaweuh tidak lagi diberikan makanan yang sudah siap saji dalam jumlah banyak. Namun diarahkan dalam bentuk bahan mentah atau uang.

”Selama ini ibu hamil dibawa oleh kelurga makanan yang cukup banyak, yang terjadi makanan itu dimakan oleh kelurga dan dibagikan untuk tetangga, bumil hanya makan sebagian saja. Untuk itu, makan siap saji biar dibawa kira-kira habis dikonsumsi bumil, sisanya bisa diberikan dalam bentuk telur, susu yang terekomendasi atau uang untuk dibelikan sesuai kebutuhan Bumil,”ucap Yulizar.

Strategi ke empat menurut Putra Kuala Batee itu, adalah dengan peningkatan cakupan imunisasi pada anak – anak di Aceh Barat Daya, anak – anak yang terpapar penyakit menular seperti campak rubella, pertusis, tetanus, diare, pneumonia dan yang berpotensi menghambat pertumbuhan anak.

”Mau tidak mau, cakupan imunisasi anak Kabupaten Aceh Barat Daya juga harus diperhatikan, sehingga setiap anak mendapatkan haknya,” tutupnya.

Pos terkait